-->
BAB I
PENDAHULUAN
I.
SEJARAH SINGKAT
Sejarah perkembangan
genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad ke-19 ketika
seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan
analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan
persilangannya pada tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Sebenarnya,
Mendel bukanlah orang pertama yang melakukan percobaan-percobaan persilangan.
Akan tetapi, berbeda dengan para pendahulunya yang melihat setiap individu
dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks, Mendel mengamati pola pewarisan
sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk diikuti.
Jauh
sebelum genetika dapat dianggap sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, berbagai
kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa disadari telah
menerapkan prinsip-prinsip genetika. Sebagai contoh, bangsa Sumeria dan
Mesir kuno telah berusaha untuk memperbaiki tanaman gandum, bangsa Cina
mengupayakan sifat-sifat unggul pada tanaman padi, bangsa Siria menyeleksi
tanaman kurma. Demikian pula, di benua Amerika dilakukan persilangan-persilangan
pada gandum dan jagung yang berasal dari rerumputan liar. Sementara itu,
pemuliaan hewan pun telah berlangsung lama; hasilnya antara lain berupa
berbagai hewan ternak piaraan yang kita kenal sekarang
BAB II
PEMBAHASAN
I.
PENGERTIAN
Genetika (dipinjam
dari bahasa Belanda: genetica, adaptasi dari bahasa
Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani
γέννω, genno, yang berarti "melahirkan") adalah cabang biologi
yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme
maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Secara singkat dapat juga dikatakan bahwa genetika
adalah ilmu tentang gen
dan segala aspeknya. Istilah "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu
surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia
menggunakannya pada Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun
1906.
Ilmu genetika berakar dari hasil
kerja Mendel (1860), yang
menghasilkan prinsip-prinsip genetika
klasik sebagai berikut :
·
Unit keturunan terdapat dalam pasangan-pasangan
di dalam tubuh hewan dan tanaman tingkat tinggi.
·
Reduksi terjadi pada saat pembentukan gamet atau
sel benih (sperma dan sel telur) dengan akibat bahwa hanya satu anggota dari
masing-masing pasangan unit keturunan akan terdapat dalam tiap-tiap sel benih.
·
Anggota dari pasang unit keturunan akan memasuki
salah satu sel benih dan terjadi secara acak.
·
Pembuahan terjadi secara acak yaitu setiap sel
benih dengan unit keturunan tertentu dari jenis kelamin yang satu mempunyai
kesempatan yang sama untuk bergabung dengan sel benih jenis kelamin yang lain.
II.
HUKUM MENDEL
1.
EKSPERIMEN MENDEL
Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong,sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti
tumbuhan langka. Diamengidentifikasi
tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti:
·
bentuk benih (bundar atau keriput),
·
warna benih (kuning atau hijau),
·
warna selaput luar (berwarna atau putih),
·
bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang),
·
warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning),
·
letak bunga (tersebar atau hanya di ujung),
·
panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). Mendel menyilang
tumbuhan tinggi dengan tumbuhan pendek dengan menaruh tepung sari dari yang
tinggi pada bunga pohon yang pendek, dan sebaliknya.
2.
HUKUM MENDEL PERTAMA
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil
penelitiannya. Dia menyatakanbahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam
informasi, satu dari sel jantan(tepung sari)
dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini
(disebut dengan plasma penbawa sifat keturunan atau gen) menentukan
ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama -- Hukum Pemisahan. Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam
kacang polong, ada satu ciriyang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk
"jenis murni" dengan ciridominan
memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satugen dominan (A) kepada keturunannya. Induk
"jenis murni" dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen
terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu
gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima
satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel
jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen
dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh
karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan,
sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam.
3.
HUKUM MENDEL KEDUA
Kemudian Mendel meneliti dua ciri sekaligus, yakni
bentuk benih (bundar atau
keriput) dan warna benih (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yangselalu
menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan
warna hijau). Sekali lagi, ciriterpendam tidak muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semuatumbuhan generasi pertama memunyai benih kuning bundar. Namun, tumbuhan generasi kedua memunyai empat macam benih yang berbeda, yakni bundar
dankuning, bundar dan hijau, keriput
dan kuning, dan keriput dan hijau. Keempat macam
ini dibagi dalam perbandingan 9:3:3:1. Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Perbandingan yang
sama muncul lagi.. Perbandingan 9:3:3:1 menunjukkan bahwa kedua ciri tidak
saling tergantung, sebab perbandingan 3:1 untuk satu ciri bertahan dalam
setiap subkelompok ciriyang lain, dan
sebaliknya. Hasil ini disebut Hukum Mendel Kedua – Hukum Ragam Bebas. Eksperimen Mendel menunjukkan
bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel reproduksi jantan dan betina, semua kombinasi bahan genetik dapat muncul dalam keturunannya, dan selalu dalam
proporsi yang sama dalam setiap generasi.
Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak didalam
beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat.
III.
FENOTIP / PERFORMANS
Fenotip atau sering
dikenal dengan performans merupakan suatu karakteristik (baik struktural,
biokimiawi, fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme
yang diatur oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya. Pengertian
fenotip mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada
tingkat organisme, fenotip adalah sesuatu yang dapat dilihat / diamati / diukur,
sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotip misalnya warna
mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada
tingkat biokimiawi, fenotip dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu
di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein dalam
daging. Pada taraf molekular, fenotip dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi
atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis.
Fenotip ditentukan sebagian oleh genotip
individu, dan sebagian lagi ditentukan oleh lingkungan tempat individu tersebut
hidup, waktu, dan pada sejumlah sifat,
interaksi antara genotip dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai
aspek lingkungan (hidup). Ide ini biasa ditulis sebagai berikut:
P =
G + E + GE
Keterangan:
P : fenotip,
G : faktor genotip
E : faktor lingkungan
GE : interaksi antara faktor genotip dan
faktor lingkungan
Pengamatan fenotip dapat
sederhana (misalnya warna bulu pada sapi) atau sangat rumit hingga memerlukan
alat dan metode khusus. Namun demikian, karena ekspresi genetik suatu genotip
bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu, seringkali ditemukan
keterkaitan antara sejumlah fenotip dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda.
Fenotip, khususnya yang
bersifat kuantitatif misalnya produksi susu, produksi telur pertambahan berat
badan harian dan sebagainya, seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika
yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika
kuantitatif.
IV.
FAKTOR GENETIK
faktor genetik ditentukan
oleh susunan gen di dalam kromosom yang dimiliki oleh individu. Jumlah pasangan
gen dalam suatu spesies ternak adalah tetap. tetapi susunan gennya antara
individu yang satu dengan yang lainnya berbeda. Dalam sel yang terdapat di
dalam tubuh hewan, kromosom selalu terdapat secara berpasangan. Keadaan yang
seperti ini disebut kromosom yang diploid.
Berbeda dengan kromosom yang ada sel
tubuh, kromosom yang terdapat pada sel telur dan spermatozoa tidak berpasangan.
Keadaan yang semacam ini disebut kromosom yang haploid. Kromosom semacam ini
tercipta karena pada saat terjadinya proses spermatogeneisi maupun oogenesis telah
terjadi pembelahan reduksi sehingga kromosom yang keadaannya berpasangan atau
diploid, menjadi haploid.
V.
GEN DAN ALEL
1.
GEN
Istilah gen diciptakan oleh W.johannsen pada tahun 1909.Gen
adalah unit instruksi untuk menghasilkan atau mempengaruhi suatu sifat
herediter tertentu.Gen terdiri dari DNA yang diselubungi dan diikat oleh
protein.
·
Letak dan simbol Gen
Letak suatu gen pada kromosom disebut lokus.Lokus pada
kromosom dianalogikan seperti manik-manik yang berjejer lurus pada seuntai
benang.Oleh karena lokus gen terdapat pada tiap kromosom, sedangkan kromosom
sel diploid selalu berpasangan (memiliki kromosom homolog), setiap sel diploid
memiliki dua lokus untuk setiap karakter sifat herediternya.Letak gen-gen yang
terdapat pada suatu kromosom disimbolkan dengan garis-garis pendek
horizontal.yang melawati garis panjang vertikal.Garis vertikal merupakan simbol
untuk kromosom.Oleh karena letak gen linier, garis-garis pendek tersebut juga
digambarkan berjejer linier.Simbol gen untuk setiap garis pendek menggunakan
huruf latin kecil atau besar.Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif
biasanya ditulis dengan huruf kecil sedangkan yang dominan ditulis dengan huruf
besar.Misalnya dalam penulisannya Dd, Kk, dan seterusnya.
2.
ALEL
Konsep mengenai gen berkaitan dengan alel.Istilah alel
diperkenalkan oleh W.Bateson dan E.R.Saunders pada tahun 1902.Alel berasal dari
kata latin allelon yang berarti bentuk lain. Alel disebut juga sebagai versi
alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat.Misalnya
gen A berperan untuk menumbuhkan karakter pigmentasi kulit secara normal.Karena
suatu hal, gen A mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi
kulit secara normal (gen A termutasi menjadi a).Gen a menimbulkan karakter
albinisme (tidak terbentuk melanin = albino).Gen a menimbulkan karakter
resesif, yang berarti ekspresi gen a ditutupi (tidak memiliki efek yang jelas
pada penampakan organisme) bila bersama-sama dengangen A.Sebaliknya gen A
(dapat membentuk melanin) disebut dominan terhadap gen a karena gen A
diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme.
·
Letak dan Simbol Alel
Dua gen misalnya gen B dan b terletak pada lokus yang sama
dari suatu kromosom dan kromosom homolog.Letak pasangan alel tersebut saling
bersesuaian.Gen sealel harus diberi simbol dengan huruf yang sama tetapi
dibedakan.Bila pengaruh kedua alel untuk menumbuhkan suatu karakter yang sama
dominannya, kedua alel tersebut ditulis dengan huruf yang sama, atau dalam
keadaan homozigot (alel identik).Namun jika pengaruhnya menimbulkan suatu
karakter yang berbeda, kedua alel harus ditulis berbeda atau dalam keadaan
heterozigot (dua alel yang berbeda).Penampakan organisme secara fisik disebut
fenotip dan penyusun genetiknya disebut genotip.Untuk itu pengertian Fenotip
adalah karakteristik atau ciri yang dapat diukur dan nyata pada suatu individu.
Sedangkan genotip adalah susunan genetis suatu karakter yang dimiliki suatu
individu
BAB III
PENUTUP
Eksperimen Mendel
menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel
reproduksi
jantan dan betina,
semua kombinasi bahan genetik
dapat muncul
dalam keturunannya, dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setiap generasi. Informasi genetik selalu ada meskipun
ciri tertentu tidak tampak didalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen
yang lebih kuat.
faktor genetik ditentukan oleh susunan gen
di dalam kromosom yang dimiliki oleh individu. Jumlah pasangan gen dalam suatu
spesies ternak adalah tetap. tetapi susunan gennya antara individu yang satu
dengan yang lainnya berbeda. Dalam sel yang terdapat di dalam tubuh hewan,
kromosom selalu terdapat secara berpasangan. Keadaan yang seperti ini disebut
kromosom yang diploid.
DAFTAR PUSTAKA
Fasren raman, 2010.
http//www.scribd.com/doc/66044880/makalah-genetika/
Peternakan.co.id, 2012. http://produksi-ternak.peternakan.co.id/genetika-ternak/
2010.
http://biologimaterial.blogspot.com/2010/09/sejarah-perkembangan-ilmu-genetika-pada.html
http://www.scribd.com/doc/40844160/Makalah-Genetika-Present/
http://18bios1unsoed.wordpress.com/pokok-bahasan/pendahuluan/sejarah-perkembangan/
http://produksi-ternak.peternakan.co.id/genetika-ternak/